Minggu, 26 Februari 2012

Rossi Pasti Tidak Senang dengan Peringkat Kelima


| Aloysius Gonsaga Angi Ebo | Kamis, 23 Februari 2012 | 23:00 WIB

GPONE Pebalap Ducati, Valentino Rossi, bersalaman dengan legenda balap motor, Giacomo Agostini.
Foto:

KOMPAS.com — Legenda balap motor, Giacomo Agostini, bersama John Surtees, baru saja menerima penghargaan Hall of Fame dari majalah Motor Sport. Seusai event yang merupakan hasil kerja sama dengan TAG Heuer tersebut, Agostini memberikan komentarnya tentang MotoGP era modern ini, termasuk situasi sulit yang sedang dihadapi kompatriotnya asal Italia, Valentino Rossi.

"Saya senang menerima penghargaan ini di Inggris," ujar Agostini, peraih 15 gelar juara dunia grand prix. "Sebagian karena saya sudah meraih banyak gelar juara di balap motor, termasuk di olahraga roda empat."

Tentang Rossi, pria berusia 69 tahun kelahiran Brescia, Lombardy, Italia, ini mengatakan bahwa keputusan untuk pindah ke Ducati merupakan tantangan. Rossi harus menjalani apa yang sudah merupakan pilihannya tersebut.

"Pergi ke Ducati merupakan pilihannya, dan hal itu tampak sangat sulit baginya. Dari sudut pandang mana pun, musim lalu merupakan penampilan negatif. Saya dengan mudah bisa mengidentifikasi apa yang dirasakannya sekarang, dan seperti apa baginya untuk membalap hanya demi peringkat kelima atau keenam."

"Ketika dulu kami adalah seorang pemenang, meskipun finis kedua atau ketiga bisa membuatmu gila sehingga berada di posisi belakang tentu sangat buruk. Tetapi, kelihatan semuanya mulai membaik selama latihan terdahulu di Sepang."

"Valentino terus meningkat, dan saya berharap dia terus meningkat. Saya yakin dia tidak akan pernah merasa bahagia ketika hanya berada di posisi kelima. Yang terpenting adalah bahwa mereka sekarang sedang berada di trek yang benar, dan saya pikir dia semakin bahagia."

Mengenai peralihan mesin dari 800 cc ke 1.000 cc, Agostini mengaku tak terlalu sepakat. Pasalnya, hal tersebut bukannya memangkas biaya produksi seperti yang didengung-dengungkan, tetapi justru membuat tim pabrik harus menambah biaya.

"Saya tidak mengerti dengan keputusan ini. Yang diharapkan adalah menghemat biaya, tetapi efek yang dihasilkan justru sebaliknya. Tim-tim pabrik harus mendesain lagi motor dan mesin mereka. Dan saya juga tidak mengerti apa yang berusaha mereka raih: motor yang lebih kencang di lintasan lurus?"

"Kegembiraan tidak dihasilkan dari kecepatan puncak yang lebih tinggi. Apa bedanya jika motor mencapai 340 km per jam daripada 320? Kegembiraan yang sebenarnya adalah di tikungan, ketika ada yang lewat dan pertarungan untuk memperebutkan posisi. Kelas 250 cc mesin dua-tak memang tidak memberikan performa yang luar biasa, tetapi itu masih memberi kami balapan yang hebat."

Pada tahun ini, acara dan perayaan penganugerahan Hall of Fame juga melibatkan kalangan pelaku industri otomotif dan kalangan selebritas, seperti Martin Brundle, Sir Jackie Stewart, Sir Stirling Moss, Steve Parrish (mantan pebalap GP500 dan juara balap truk), serta mantan pebalap dan manajer tim F1, Christian Horner.

Tidak ada komentar: